Hot Plate

Hot Plate

"AYO, CEPAT DICICIPI makanannya, mumpung masih panas!" Ka­limat itu biasanya dilontarkan ibu-ibu saat menghidangkan ma­kanan. Ya, saat masih panas, cita rasa makanan jadi terasa lebih mantap. Kalau ingin makanan awet panas, kenapa tidak mencoba menghidangkannya di atas hot plate?

Yang Hot Memang nikmat

 

Menikniati hidangan selagi panas memang terasa lebih lezat.Apalagi kalau hidangannya bisa tetap terasa panas hingga suapan terakhir. Steak termasuk salah satu hidangan yang `wajib' disantap panas. Ma­ka, penyajiannya biasanya berbeda, yaitu di atas sebuah wadah khusus yang bisa menjaga suhu daging tetap panas. Asap yang mengepul dan bunyi saus yang meletup-letup makin memancing perhatian. Belum lagi aroma daging bercampur saus yang menyebar ke seluruh ruangan. Siapa pun pasti tergoda untuk menikmatinya.

Kebanyakan orang menyebut wadah logam panas ini dengan se­butan hot plate. Padahal, ternyata wadah ini lebih tepat disebut grill pan. "Istilah hot plate biasanya digunakan untuk pemanas listrik. Kalau untuk penyajian makanan, istilah yang lebih tepat adalah grill pan, sebuah wadah saji panas yang terbuat dari besi cor atau tuang (cast iron), aluminium cor atau tuang (cast aluminum), dan baja (steel)," ujar Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M. Si., dosen Jurusan iImu dan Teknologi Pangan, IPB. Meskipun secara definisi hot plate kurang tepat dijadikan istilah untuk wadah makanan, masyarakat tampaknya sudah telanjur mengidentikkannya.

 

gambar : nasi bakar kamameshi

Karena bahan utamanya adalah logam alumunium, besi, atau baja, tak heran bila wadah ini dapat menyimpan panas untuk beberapa waktu sehingga makanan tetap panas. Dengan menggunakan wa­dah ini, selain tetap hangat, penampilan makanan juga jadi lebih menarik dan terlihat lebih bergengsi. Dalam keadaan panas, aroma hidangan pun akan menggiurkan, seolah-olah menyuruh Anda untuk segera melahapnya.

Kini, ternyata tak hanya steak yang dapat `bertaklita' di atas wadah logam Mi. Di beberapa tempat makan, wadah ini juga digunakan untuk menyajikan olahan nasi dan mi, sayuran tumis, dan sayur kuah seperti ca kangkung, hingga dessert seperti brownies.

"Wadah logam ini harus dipanaskan dengan cara dipanggang da­lam oven panas dengan suhu sekitar 80° C," papar Dodo Supardo, chef dari Bombay Blue. Dengan cara ini panasnya akan bertahan selama 10 hingga 15 menit. "Suhu 80° C cukup ideal untuk me­manaskannya. Kalau menggunakan suhu lebih tinggi, maka wadah menjadi sangat panas yang justru dapat merusak makanan alias membuat makanan jadi mudah gosong," sambungnya.

 

BATU PANAS MAKIN POPULER

Inovasi di bidang kuliner terus berkembang. Setelah hot plate, belakangan muncul lagi istilah baru yang dikenal dengan se­butan hot stone. Ya, hot stone alias batu panas. Jangan langsung mengerutkan kening. Di Jakarta, teknik masak ini sudah mulai diterapkan di beberapa resto terkemuka.

Fungsi utama hot stone sama seperti hot plate, yaitu untuk men­jaga hidangan supaya bisa tetap panas saat disantap. Perbedaannya, hot stone tidak hanya digunakan sebagai wadah penyajian, tapi juga wadah untuk memasak. Walau masih terbilang baru, cara bersan­tap ini cukup menyedot perhatian para penikmat makanan. Selain unik, ternyata teknik masak ini juga cenderung lebih sehat, sebab bisa memasak makanan tanpa penambahan minyak.

"Beberapa tahun belakangan ini, banyak orang mulai memilih menyantap makanan yang sehat," papar chef AdeS, juru masak Stonegrill Dining di kawasan Arteri Pondok Indah. "Dengan batu yang sangat panas, bahan makanan bisa matang dengan sendirinya, menggunakan lemak, minyak, dan air yang terkandung di dalamnya. Bahan mentah seperti daging sapi, ikan, ayam, seafood, dan sayuran dapat dimatangkan di atas batu ini," tambahnya.

Menyantap hidangan di atas hot stone memiliki keasyikan ter­sendiri. Kalau biasanya saat memesan makanan Anda akan men­dapatkan hidangan matang yang siap santap, di resto yang mengu­nakan hot stone, pesanan Anda datang justru dalam keadaan men­tah dan segar. Anda bisa memasak dan `bermain-main' mengatur sendiri tingkat kematangan yang Anda inginkan.

"Batu yang digunakan harus jenis khusus, yaitu batu gunung atau batu vulkanik yang diproses dan dipadatkan hingga berben­tuk segi empat berukuran 20 x 15 x 5 cm," ujar chef AdeS. Se­belum digunakan, batu vulkanik barns dipanaskan dalam oven khusus selama 8 jam sehingga suhunya mencapai 400° F atau sekitar 280° C, agar panas meresap secara merata. Jangan coba­coba memegang batu ini dengan tangan telanjang karena kulit dapat melepuh saking panasnya!

gambar : Batu Sizzler digoreng dalam minyak agar panas 

Selain batu panas berbentuk segi empat, ada juga versi lain yang berbentuk mangkuk atau batu bulat kecil yang umumnya disebut batu sizzler. Cara pemanasannya lain lagi. Untuk menyerap panas, batu berbentuk bulat kecil ini hams digoreng dalam minyak banyak di atas api besar selama 10 menit hingga mencapai suhu 70° C. Untuk menyajikan makanan, batu ini harus diletakkan di atas wadah logam panas.

PERLU PERAWATAN KHUSUS

Untuk memasak dengan hot stone, tidak sembarang batu bisa digunakan. Karena itu, teknik masak ini agak sulit diterapkan dalam skala rumah tangga. Anda bisa menikmatinya di beberapa resto yang memang menyajikan pilihan hidangan ini.

Tidak demikian dengan hot plate, wadah tebal ini mudah di­peroleh di pasar swalayan dan toko peralatan rumah tangga.Ter­sedia dalam beberapa pilihan bahan (besi, aluminium, dan baja) dan bentuk, ada yang oval, bundar, hingga berbentuk sapi. Kahan baja dapat menyimpan panas lebih lama dan lebih berat daripada besi dan aluminium. Biasanya, peranti ini dijual berpasangan de­ngan alas kayu sebagai dudukan agar panasnya tidak merusak me­ja yang menyentuhnya

Kalau memiliki hot plate ini di ruinah,Anda perlu ekstra perhatian saat merawatnya. Bila cara membersihkan dan menyimpannya tak tepat, wadah ini pasti mudah berkarat. Setelah dicuci dengan air hangat dan digosok dengan sikat halus untuk menghilangkan lemak (hindari sikat besi), wadah ini harus ditiriskan dan diseka dengan lap kering. "Setelah kering, permukaannya harus diolesi sedikit men­tega secara merata, kemudian diseka dengan lap agar tidak mudah berkarat. Simpanlah di tempat kering dalam suhu ruang," . Selain mentega, minyak goreng ju­ga cukup manjur menceg,ah karat pada wadah ini.              

 

 

Saat ini belum ada rating dan review untuk resep ini.

Buat Review dan Rating Artikel Hot Plate

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan, kolom yang harus diisi ditandai *